Beberapa hari yang lalu, Yahoo baru memulai kerja sama dengan melibatkan 3 universitas dalam menjalankan riset mengenai Internet-Scale Computing. Ketiga universitas tersebut adalah California-Berkeley University, Cornell University dan University Of Massachussett-Amherst. Universitas-universitas yang sudah bergabung dalam riset Yahoo ini mendapatkan akses untuk bergabung dalam sebuah kelompok yang dinamai M45 yang menjalankan software open source Hadoop, yang dapat memproses data secara cepat.
Yahoo adalah salah satu kontributor utama dari Hadoop, sebuah proyek yang menjadi bagian dari Apache Software Foundation, namun Google sendiri telah membuat teknologi dasarnya tapi menggunakan MapReduce Algorithm. Antara MapReduce dan Hadoop ini, keduanya dapat melakukan tugas dalam menemukan dengan cepat link-link dari website yang nantinya dapat digunakan lebih baik dalam mengembangkan search engine yang sudah dimiliki oleh kedua perusahaan.
Universitas Berkeley berencana untuk melakukan penelitian yang lebih mengarah ke masyarakat luas seperti melalui voting, polling ataupun berita online. Universitas Amherst berencana akan men-scan jutaan buku sebagai arsip untuk internet. Sedangkan Universitas Cornell sendiri lebih akan mengedepankan riset mengenai keadaan sosial-ekonomi dan sumber daya yang dapat diperpanjang waktunya.
Universitas-universitas yang tergabung bersama Yahoo ini akan mendapatkan akses untuk melakukan riset yang dinamakan Open Cirrus, yang nantinya akan mengolah beberapa data center internasional. Kelompok M45 ini juga akan menjalankan riset Open Cirrus yang melibatkan Yahoo, Hewlett-Packard, Intel, University Of Illinois pada kampanye Urbana, Infocomm Development Authority di Singapura, Karlsruhe Institute of Technology di Jerman dan National Science Foundation.
Udin Ahmad:
MIT Mengembangkan Batere Yang Dicharge Dalam Hitungan Detik
Sudah tidak zamannya kita mengisi atau mencharge batere sampai jam-jaman. Mengapa? Karena MIT telah mengembangkan teknologi batere baru yang memungkinkan batere kecil dan ringan yang dapat digunakan untuk ponsel maupun perangkat mobile lain yang dapat diisi dalam hitungan detik, bukan jam-jaman lagi.
MIT mengatakan bahwa insinyur-insinyurnya telah menggunakan material batere yang ada dan merubahnya untuk membuat “beltway” yang memungkinkan perpindahan energi elektris yang sangat cepat.
Teknologi ini juga bisa diaplikasikan ke batere mobile yang cepat diisi, tetapi waktu yang dibutuhkan tergantung grid elektrik dari pengguna.
Teknologi baru ini, sama dengan batere lithium yang dapat diisi ulang yang biasa digunakan, akan tersedia di pasar dalam 2 atau 3 tahun ke depan.
Meski batere lithium memiliki kepadatan energi yang lebih besar, tetapi lambat untuk proses charge dan discharge. MIT mengatakan bahwa ion lithium pada material akan lebih cepat bergerak apabila dekat dengan tunnel sedangkan yang tidak dekat tunnel diblok.
Profesor dari MIT besarta siswa MIT memecahkan masalah ini dengan membuat struktur permukaan baru yang memungkinkan ion lithium bergerak di luar dari material sehingga saat mencapai tunnel ion-ion tersebut akan teralih ke dalamnya. Hal ini diperlukan karena kunci proses charge lebih cepat adalah membuat ion bergerak melalui tunnel yang dapat diakses melalui permukaan material.
Selain membuat proses charge dan discharge akan dapat terjadi hanya dalam waktu 10-20 detik,teknologi ini juga memungkinkan pengurangan ukuran dan berat karena material lebih tahan lama.