NEW YORK - Situs jejaring sosial makin banyak bermunculan dengan bermacam-macam karakteristik. Kali ini Wall Street Journal (WSJ) meminjam elemen yang serupa seperti yang ada di situs pertemanan nomor wahid dunia, Facebook, untuk menaikkan jumlah pengunjung.
WSJ.com, salah satu dari sekian banyak situs berita yang kebanyakan tampilan halamannya dibatasi hanya untuk pelanggan berbayar, mengubah tampilan situs mereka untuk pengunjung gratis sehingga akan lebih mudah dijelajahi.
Pengunjung tanpa dipungut biaya tersebut akan melihat tampilan yang berbeda dari pelanggan yang membayar biaya bulanan.
Situs jejaring sosial ala WSJ ini dinamakan Journal Community yang diluncurkan Selasa kemarin dan menjadi revisi besar pertama untuk situs ini sejak terakhir kali direvisi pada 2002.
Di situs ini pelanggan berbayar bisa membuat halaman profil diri menggunakan nama asli, pekerjaan, hobi, foto, tak jauh beda dengan Facebook dan situs jejaring profesional LinkedIn.
Seperti juga halnya Facebook, sesama anggota komunitas akan bisa saling berkomentar tentang cerita-cerita pribadi, menciptakan diskusi kelompok tentang sesuatu topik tertentu, dan saling meminta pendapat seperti bagaimana memulai bisnis berskala kecil, atau menemukan klien di tengah pergi berlibur.
Menurut laporan ComScore Inc, Pengunjung WSJ online berkembang pesat dan kebanyakan berkat kontribusi pengunjung gratis. Situs berita besar ini menarik pengunjung sebanyak 4,7 juta di bulan Juli 2008, melonjak dua kali lipat dari bulan Juli 2007 yang hanya 2,4 juta pengunjung. Dari jumlah sebesar itu, hanya lima persen yang berstatus pelanggan berbayar.
Tujuan utama hadirnya situs jejaring sosial di tengah-tengah situs berita ini adalah untuk menarik pengunjung WSJ lebib banyak lagi dan mengukuhkan eksistensi WSJ di tengah bermunculannya berbagai situs baru.
Deputy Managing Editor Alan Murray menjanjikan Journal Community bisa menawarkan sesuatu yang berbeda bagi pengunjungnya.
"Anda tidak bisa mendapatkan teknologi yang sama di luar sana seperti yang Anda dapatkan di Journal Community," papar Murray seperti yang dikutip dari Fox News, Rabu (17/9/2008).
Tampaknya organisasi berita memang harus terus memutar otak agar terus bersinar di tengah persaingan ketat, karena walaupun sudah membuka media blog dan aplikasi share and view, mereka masih tertinggal jauh dengan perusahaan-perusahaan yang 'mengembangbiakkan' situs populer semacam Facebook dan MySpace yang notabene disponsori raksasa media News Corp.
Langkah surat kabar melebarkan sayap dengan membuat situs jejaring sosial juga dilakukan oleh The Bakersfield Californian yang mempersilahkan pengunjungnya untuk membuat profil pribadi, menulis blog, dan membentuk jaringan pertemanan dan New York Times dengan Times People-nya yang memungkinkan pembaca mengetahui apa yang dibaca oleh teman.
Hal ini juga diikuti oleh 'adik' dari jurnal tersebut dengan meluncurkan MarketWatch.com yang memperbolehkan pengunjungnya untuk mendesain cerita dengan kata kunci tertentu agar lebih mudah dijelajah.
Langkah meniru situs jejaring sosial dinilai tak perlu oleh seorang kolumnis, walaupun disadari betul para surat kabar itu harus lebih agresif agar selalu menarik dengan menambah berbagai aplikasi.
"Secara keseluruhan langkah yang dilakukan surat-surat kabar ini merupakan cerita lama karena mereka harus berpacu dengan ketertarikan publik yang terus bergeser," papar kolumnis dari majalah Editor and Publisher Steve Outing.
"Mereka membuat semacam terobosan walaupun secara umum masih berjalan lambat," tambahnya.
Untuk rencana ke depan, selain menambah fungsi situs jejaring, Journal Community berencana untuk menggabungkan komunitas yang mereka punya ke komunitas yang lebih luas lagi, seperti yang dirintis dua situs populer Facebook dan MySpace