mr.d0wer Redaksi
Jumlah posting : 1080 Join date : 14.09.09 Age : 35 Lokasi : MERAK-INDRAMAYU
| Subyek: Astaga, Google Picu Rasisme di Jepang Sat Oct 03 2009, 10:45 | |
| Google kini menghadapi pemeriksaan dari kementerian kehakiman Jepang, karena peta itu menunjukkan detail lokasi komunitas kasta kelas rendah negara itu di masa lalu.
Peta itu dari zaman feudal, saat kekuasaan shogun dan sistem kasta diterapkan secara ketat. Masyarakat burakumin dengan kasta paling rendah itu harus hidup di isolasi. Mereka harus menjalankan pekerjaan yang berhubungan dengan kematian, seperti memotong binatang atau menggali lubang kubur.
Kasta itu telah dihapus dan masyarakat buraku kuno telah berpencar, karena Jepang berkembang menjadi metropolitan. Dari jumlah penduduk yang mencapai 127 juta orang, saat ini masyarakat buraku mencapai 3 juta orang.
Tapi mereka tetap dipinggirkan, karena masih menempati wilayah dimana nenek moyang mereka hidup. Peta Google Earth menunjukkan beberapa wilayah seperti itu. Peta itu menimbulkan kemarahan dari pemimpin burakumin.
"Jika ada kejadian karena peta itu dan Google mengatakan itu bukan kesalahan kami, dan itu terserah penilaian user maka kami simpulkan sistem Google merupakan kendaraan untuk rasisme," kata Toru Matsuoka, anggota parlemen Jepang.
Google merespon dengan pernyataan formal “kami sangat peduli dengan hak azazi manusia dan tidak bermaksud menentang hal itu". Jubir Google Yoshito Funabashi mengatakan Google tidak memiliki peta yang dipermasalahkan, tapi hanya menyediakan saja.
Pencetakan peta di Jepang adalah legal. Namun ada garis yang terus dipatuhi oleh penerbit dan museum, kepempminan burakumin terorganisir dan kantor perwakilan ada di seluruh negara. Publikasi selalu dilengkapi dengan penjelasan sejarah, sementara Google tidak menyediakan hal itu.
Matsuoka sekretaris jenderal Buraku Liberation League komplain ke Menteri Kehakiman Eisuke Mori saat menemukan peta itu bulan lalu. Buraku Liberation League merupakan kelompok besar di Jepang. Dua pekan kemudian setelah menerima masukan dari publik, peta kuno Jepang itu akhirnya diubah. Semua referensi yang menyangkut desa buraku dihapus. Namun upaya itu tetap menimbulkan masalah baru. "Itu seperti mengatakan menghilangkan masyarakat dari wilayah itu. Masih ada masyarakat yang tinggal disana," kata Takashi Uchino dari markas Buraku Liberation League di Tokyo.
Kementrian kehakiman Jepang sedang mengumpulkan informasi menyangkut masalah itu dan belum menghasilkan keputusan. Peta itu merupakan koleksi peta University of California di Berkeley. Versi digital itu diawasi oleh David Rumsey, seorang kolektor di AS yang memiliki lebih dari 100.000 peta bersejarah. Dia mempublikasikan lebih dari 1000 peta sejarah Jepang sebagai bagian layanan besar-besaran yang dijalankan. Rumsey bekerja sama dengan Google memposting map itu dan bertanggung jawab penghapusan referensi ke pemukiaman buraku. Dia mengaku lebih suka membiarkan peta itu apa adanya. Namun kemudian memutuskan untuk mengubahnya setelah mendapat komplain dari Tokyo.
"Kami berfikir peta harus faktual, seperti foto satelit. Tapi peta tidak pernah netral. Peta pasti memilii banyak sudut pandang,” katanya. Rumsey mengatakan akan mengembalikan peta itu ke bentuk aslinya. Matsuoka, pengacaranya mengatakan akan membuka diskusi untuk masalah itu | |
|