70.000 pengakses dengan trafik sekitar 20 Mbps, membuat tiga server yang disiapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) kewalahan. Telkom pun akhirnya meminjamkan enam server dengan kapasitas yang punya kemampuan empat kali lipat lebih kuat.
"Mudah-mudahan dengan bantuan server ini proses pengiriman dan publikasi real count dapat berjalan lancar," kata Eddy Kurnia, VP Public and Marketing Communication Telkom, Senin (13/4/2009).
Telkom akhirnya meminjamkan server kepada KPU begitu melihat tabulasi hasil pengolahan data nyaris overloaded saat dipublikasikan di Hotel Borobudur dan via internet, Jumat (10/4/2009).
Tiga server yang disiapkan KPU nyaris kewalahan. Begitupun untuk keperluan tabulasi dan validasi hingga siap dipublikasi tadinya hanya dilayani oleh dua server sehingga dirasa kurang cukup.
Meski tanggung jawab Telkom lebih kepada masalah konektivitas jaringan, tetapi menurut Eddy, pihaknya akan mengawal secara ketat komunikasi data di KPU baik itu KPU Pusat maupun di daerah.
"Khusus untuk lokasi KPU, Telkom menyiapkan engineering on site 24 jam di 506 titik," ungkapnya.
Eddy pun mengungkap, kondisi pengiriman data perolehan suara dari daerah ke KPU Pusat, seperti yg terlihat dalam real count KPU, sampai hari ini baru sekitar tiga juta dari perkiraan 130 juta pemilih.
"Trafik yang lewat di dalam jaringan yang jadi tanggungjawab Telkom, kami pantau masih sangat kecil, yakni sekitar lima sampai sepuluh persen dari total kapasitas yang kami sediakan," ujarnya.
Namun demikian, Telkom telah mempersiapkan Plan B seandainya kapasitas yang tersedia tidak mencukupi atau terjadi lonjakan trafik yang luar biasa. "Jika diperlukan, hanya dalam waktu kurang dari 30 menit Telkom dapat meningkatkan kapasitas hingga 300 persen," tandas Eddy.