BANGKOK - Asia resmi menjadi pasar kuat di pasar ponsel. Hal itu dapat terealisasi melalui kontribusi dari China dan India, dua Negara dengan jumlah penduduk dan potensi besar.
Sayangnya 'prestasi' itu terganjal dengan mandek-nya jumlah akses Internet yang kalah jauh dengan Amerika Serikat dan Eropa. Menurut laporan International Telecommunication Union (ITU) hanya 3,6 persen warga Asia yang tertarik browsing di Internet.
Hal itu sangat disayangkan karena di wilayah Asia Pasifik sendiri terdapat 1,4 milyar pelanggan seluler yang mewakili 42 persen dari pasar global, dan diharapkan bisa mencapai level 50 persen dalam 2 tahun ke depan. Sedangkan untuk China dan India sendiri, total pelanggan seluler mereka mencapai 900 juta, hampir seperempat dari jumlah pelanggan di dunia.
"Jumlah tersebut bisa dimaklumi karena di India setiap bulan bertambah 9 juta pelanggan baru, bahkan jumlah itu melampaui China," ujar President of Consultant Group Communications and Manufacturing Association of India N.K. Goyal seperti yang dikutip dari Reuters, Jumat (5/9/2008).
Namun kuantitas sama sekali tak menunjukkan kualitas. Pasalnya, dengan pasar ponsel yang berkembang hingga 300 juta pelanggan, hanya 11 juta orang di India yang mengakses internet. Lebih ironisnya lagi, hampir sebagian di wilayah Asia Pasifik, dari semua kelas ekonomi, membatasi akses internet. Sementara, pasar Korea Selatan dan Singapura saat ini sedang tumbuh dan masuk ke dalam daftar 10 negara dengan tingkat akses internet tertinggi.
"Ditengah reputasi Asia yang dinobatkan sebagai pusat teknologi informasi dan komunikasi (ICT), banyak negara yang masih berjuang untuk menghubungkan masyarakatnya mendapatkan layanan internet," keluh sekretaris umum ITU.
Untuk memecahkan masalah ini, negara-negara berkembang di Asia seharusnya mengembangkan broadband akses internet berkecepatan tinggi, termasuk membangun spektrum dan menciptakan investasi insentif. Sedangkan untuk mengimbangi permintaan layanan mobile data yang dikuasai oleh smartphone dan laptop, para operator harus fokus menemukan cara baru untuk mendorong layanan nilai tambah (value added service).
Ketua sekaligus CEO China Mobile Wang Jianzhou menyatakan bahwa sebagai operator terbesar di dunia, China Mobile sudah mulai berivestasi demi kemajuan berinternet dengan terlebih dahulu membangun teknologi nirkabel generasi baru seperti Long-Term Evolution (LTE), yang bakal menjanjikan kecepatan tinggi dalam berbagi mobile video atau mengunduh musik
Lebih dari sepertiga konsumen China Mobile menggunakan handset mereka untuk mendengarkan musik. Jumlah itu melampaui Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Jerman.